Site Meter Dusun Nganget , Tuban - Jawa Timur | A r t Of S i r a h

Do not stop learning as long as you still life, because no one is born smart, and not the same someone who had knowledge and the ignorant

“Menakjubkan urusan seorang mu’min, jika ia mendapatkan ni’mat maka ia bersyukur dan syukur itu sangat baik baginya. Dan jika ia ditimpa musibah maka ia bersabar dan sabar itu sangat baik baginya.” (HR Muslim & Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda, “Demi Alloh, DUNIA ini dibanding AKHIRAT ibarat seseorang yang mencelupkan JARINYA ke LAUT; air yang TERSISA di JARINYA ketika diangkat itulah NILAI DUNIA ( akhirat = LAUT) ” (HR Muslim)

Dusun Nganget , Tuban - Jawa Timur

Posted by Unknown | Thursday, February 18, 2010 | 0 comments »

Dusun Nganget terletak 35 Km dari Kota Tuban ke arah selatan dan 15 Km dari Kota Bojonegoro ke arah utara. Dusun ini terletak di perbukitan yang dikelilingi hutan gundul yang sekarang mulai reboisasi.

Sesuai dengan namanya, Dusun Nganget dialiri air hangat yang mengandung belerang. Itulah sebabnya Pemerintah Kolonial Belanda memilih Dusun Nganget sebagai tempat penampungan penderita kusta yang dimulai sejak 1935. Sejak itu Dusun Nganget menjadi perkampungan leproseri (perkampungan kusta). Sementara penduduk asli dusun tersebut akhirnya pindah setelah mendapat ganti rugi. Penduduk asli Dusun Nganget banyak yang tinggal dan menetap disekitar Desa Kedung Jambe.

Dalam perkembangan selanjutnya tepatnya 1947 didirikanlah Rumah Sakit Kusta di dusun ini. Para penderita kusta waktu itu dibawah penanganan langsung dokter dari Jakarta. Baru pada 1969 rumah sakit diserahkan ke Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Dan rumah sakit ini dihuni 221 penderita kusta. Jumlah pasien tersebut bertahan hingga 1985. Pada perjalanan selanjutnya, rumah sakit tersebut diserahkan pada Dinas Sosial Propinsi Jatim. Dengan demikian fungsi rumah sakit berubah menjadi Panti Rehabilitasi Sosial eks penderita kusta.

Dari hasil penanganan rumah sakit kusta tersebut, sebagian diantaranya telah dinyatakan sembuh. Kendati demikian, kondisi fisik mereka telah menjadi penghambat untuk bisa kembali ke masyarakat. Sehingga mereka juga tidak memungkinkan untuk kembali ke daerah asalnya. Akhirnya, pada 1985 dibuatlah 55 unit rumah di sekitar rumah sakit untuk menampung mereka yang telah dinyatakan sembuh. Inilah awal adanya pemukiman eks kusta.

Penghuni pemukiman inipun ternyata terus berkembang. Mereka tidak hanya mantan pasien rumah sakit kusta tapi juga dari penderita kusta yang telah dikucilkan oleh lingkungannya.

Data Dinas Sosial Jawa Timur menunjukkan, hingga tahun 2009, jumlah penghuni mencapai 175 KK keluarga, 85 KK diantaranya adalah penderita Kusta. Para eks penderita kusta ini tinggal diatas lahan seluas 105.695 m2 milik Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur. Dan sebagian lagi tinggal di lahan milik Perhutani. Lahan dan hunian tersebut berada di wilayah Desa Mulyorejo dan Desa Kedung Jambe. Namun status kependudukan mereka masuk dalam Dusun Nganget Desa Kedung Jambe-Kecamatan Singgahan.

Sepintas kondisi Dusun Nganget tak ubahnya dengan dusun ataupun desa lainnya. Bahkan jarak rumah satu dengan yang lainnya cukup rapat untuk ukuran desa ditengah hutan. Begitu pula dengan kegiatan yang dilakukan warga dusun ini untuk menopang penghidupannya. Sehari-hari, mereka bercocok tanam, beternak dan sebagai pengrajin kayu. Bedanya, didusun ini banyak dijumpai warga yang cacat fisik terutama pada jari tangan dan kaki.

Kondisi fisik itulah yang membuat mereka menjaga jarak dengan komunitas luar. Karena mereka juga sadar adanya stigma masyarakat pada penderita kusta. Walaupun sebetulnya mereka juga sudah dinyatakan sembuh. Itulah sebabnya, mereka juga tidak akan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan tamu. Bahkan makanan yang disajikanpun selalu yang ada bungkusnya seperti permen, kacang atau minuman dalam botol.

Sesuai dengan sumber daya lokal yang tersedia, yaitu tanah pertanian dan hutan (jati), sebagaian besar 32,22% penduduk bertani pada lahan milik Dinas sosial Propinsi Jawa Timur, dan selain itu bermata pencahariaan dari hasil hutan atau kayu sebesar 6,48%, sebagai tukang kayu 5,60%, sebagai pengusaha mebeler 60,3% dan dari mereka yang hidup dari perdagangan kecil 20,68%, lain ? lain 4,95% terdiri dari mengemis, tukang batu, dukun bayi, tukang becak, pemulung dan pengamen, prosentase terkecil 1,72% adalah PNS yang dinas di Panti dengan balai pengobatan.

Para eks penderita kusta telah memanfaatkan kayu hutan menjadi komuditas yang bernilai tinggi dipasaran. Mereka menerima pesanan meubeler, kayu ukir hingga kusen pintu rumah. Jaringan usaha dibidang ini sudah sampai Jakarta, Surabaya, Malang dan beberapa daerah di Jawa Timur.

Dari bidang kerajinan kayu ini pula, telah berhasil mengangkat tarap hidup eks penderita kusta. Di lingkungannya, para pengrajin kayu ini menjadi tokoh yang cukup berpengaruh setelah pegawai PRS dan tokoh agama. Para pengrajin kayu atau disebut juga dengan pengusaha meubel ini dari segi ekonomi memang lebih menonjol dibanding warga pemukiman eks kusta lainnya. Bahkan mereka bisa mendatangkan orang dari luar komunitas eks kusta untuk menjadi pekerjanya.

Namun seiring dengan gencarnya operasi illegal loging, para pengusaha meubel ini merasa kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. ?Ya bagaimana lagi, cari kayu sekarang sulit. Sudah begitu menjualnya juga sulit. Tapi inilah satu-satunya mata pencarian kita. Kalau usaha seperti ini tidak boleh, apa kita harus turun ke lampu merah lagi untuk ngemis!?, ungkap salah satu pengusaha meubel yang juga tokoh warga Dusun Nganget.

Dilema memang, disaat mereka mulai bisa meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Kini sumber pendapatannya terancam dengan gencarnya operasi illegal loging. Sementara disisi lain, hutan memang harus dilestarikan demi masa depan kehidupan.


sumber :
Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Propinsi Jawa Timur

Note :
mau menceritakan kembali cerita orang yg pernah ke sana kok macet ya... jadinya cuplik cuplik aja lah...
btw, betapa sangat sangat berSyukurnya kita pada Alloh atas nikmat sehat jasmani dan rohani lebih dari mereka yang ada di dusun Nganget.


0 comments